Mungkin pencipta bahasa Alay bisa menjadi bagian dari jaringan intelijen. Lihatlah ini (atau bacalah ini, jika mampu): "BiazA jA x w. Ech rbU jA u bsa kN.Cz sLSa w LmbuR.BLk jam9an.Cz bnyk daTA yg LoM kLAR."
Atau bacalah ini: "AqU BieZ bliH HanDphond Barruw LogH." Atau: "qMo mANk cLiD wAd cYanK m qHo." �Atau: "5Yg,Km l6 dmn?Km M5H N6R454 mrh?J6n mrh dOn6 kM.KL mRh-mrh nt cPt Tw.pkny km j6n Mrh mlUlu 4J KRjny, nt jd s5k Np5 ky 0p4-0P."
Bukankah bahasa Alay sudah mempunyai kode dan peraturannya sendiri, sehingga orang yang sudah mempelajarinya dengan teliti baru bisa membacanya dengan lancar?
Inilah terjemahan "kode" itu: "Biasa aja kali, gue. Eh, Rabu aja kamu bisa, kan? Coz Selasa gue lembur. Balik jam 9-an. Coz banyak data yang belum kelar." Sedangkan terjemahan kalimat kedua adalah "Aku habis beli handphone baru lho!"; "Kamu memang sulit buat sayang ama aku"; dan "Sayang, kamu lagi di mana? Kamu masih ngerasa marah? Jangan marah dong kamu. Kalau marah-marah nanti cepat tua. Pokoknya kamu jangan marah melulu saja kerjanya, nanti jadi sesak napas kayak opa-opa."
Peraturan dalam bahasa Alay justru adalah tidak teratur. "Saja" ditulis dengan "jA", dan bisa juga "aj" atau "4J". Kata "saya" bisa ditulis dengan "aQ", "gw", atau sekadar "w". �"Opa" variannya "0p4" dan "0P". "G" diganti angka "6". Belum lagi penggunaan huruf kecil dan besar, serta berbagai penyingkatan. Wah, tampaknya makin rumit ya, secara (ini juga istilah gaul lho) sepertinya mereka menulis sesukanya. Istilah linguistiknya: arbitrer (sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, manasuka).
Bahasa gaul sebelum era masa kini seolah punya kesepakatan yang tidak arbitrer seperti generasi sekarang. Misalnya, untuk sepatu, bahasa prokem hanya memiliki istilah "sepokat". Ayah-ibu, alias bokap-nyokap, biasa disingkat "bonyok". Tak mengherankan bila tokoh semacam Debby Sahertian�membuat Kamus Bahasa Gaul, yang beredar pada 1999 dan hingga Juni 2002 dicetak ulang 13 kali. Bayangkan betapa sulitnya menyusun kamus bahasa Alay. Pernah ada generator yang menerjemahkan bahasa "normal" ke dalam bahasa Alay, tapi belum saya temukan ada alat serupa yang menerjemahkan dari bahasa Alay ke bahasa Indonesia.
Rekan saya, Eric Sasono, mengingatkan soal perubahan media yang menyebabkan perbedaan karakteristik antara bahasa gaul sekarang dan dulu. Dahulu adalah media audio visual seperti siaran radio (Catatan Si Boy) dan film (Lupus, misalnya), juga buku-buku. Sekarang media yang lazim bagi generasi masa kini adalah Internet, yang lebih mementingkan bahasa tulisan, sehingga anak gaul masa kini tidak terlalu mengeksplorasi pengucapan atau sosiolek (seperti "nih yee", atau "lah ya") tapi lebih pada bahasa tulisan. Mereka bermain-main dengan aksara. �
Internet membuat dunia kepenulisan menjadi lebih demokratis. Pengguna Internet bisa mengekspresikan diri (bagi banyak orang ini kecenderungan narsisistik, tapi penyair Goenawan Mohamad meralatnya dengan istilah ekshibisionis) di blog pribadi dan berbagai media baru dan media sosial. Artinya, mereka mengaplikasikan dan bahkan mengembangkan bahasa gaul zaman ini tanpa banyak hambatan.
Media baru seperti Friendster, Multiply, Facebook, Twitter, atau BlackBerry memiliki andil banyak dalam penyebarannya dan pembentukannya. Twitter, misalnya, hanya berkapasitas 140 karakter, dan karena itu perlu kreativitas tersendiri untuk menyiasatinya. Atau, sebelumnya, tradisi mengirim pesan pendek (SMS) juga mengandung efek yang sama.
Beberapa ahli menyatakan bahwa awalnya adalah pengaruh Leetspeak, atau Leet atau Eleet (versi lain: Hakspeak), yang mencampuradukkan karakter ASCII dengan alfabet Latin. Istilah Leet adalah turunan dari "Elite", dan berfokus pada penulisan simbolis, dan acap dipakai untuk online games dan hacking. Bahasa yang acap dipakai pengguna Internet ini memang dikenal menyingkat-nyingkat pesan, memakai kombinasi huruf besar, huruf kecil, dan angka. Misalnya, selain kosakata Leet, dikenal juga istilah 1337 dan l33t. Kalau kita rajin chatting di Yahoo!Messenger, Skype, atau�MIRC, tentu tidak asing dengan istilah als (age, location, sex), CMIIW (correct me if I'm wrong), brb (be right back), atau�LOL (laughing out loud), atau emoticon. Atau, bagi pengguna aktif sms masa kini, tentu familiar dengan bls atau�drmh.
Bahasa Leet sering digunakan untuk mengganti huruf M, ada banyak cara, di antaranya //, |/|, em, /|, atau |^^|. H4X0RZ adalah�Hackers; 1337$p34|<3r bermakna "leetspeaker". Misal lainnya adalah modifikasi kata seperti "kewl" (cool),�leik (like), T3h (The), atau sux (Suck).
Dengan logika dan semangat yang kurang-lebih sama, bahasa Alay negeri ini terbentuk dan berkembang.
Terakhir, inilah kode terakhir untuk Anda:
k4l4U aNda m3n6ert1 4rti tul154n 4l4y 1n1, beR4rt1 and4 t3r6ol0n6 al4y y4n6 l3b4y, h3heh3
*)Pengamat budaya pop dan pengajar film Binus International
No comments:
Post a Comment