Friday, November 5, 2010

isah di Balik Kedahsyatan Facebook

 
Facebook CEO, Mark Zuckerberg. AP Photo/Paul Sakuma
TEMPO Interaktif, Jakarta
-------

Judul : The Social Network
Genre : Drama
Sutradara : David Fincher
Pemain : Jesse Eisenberg, Andrew Garfield, Justin Timberlake, Rooney Mara

------------

Pada poster film The Social Network tertulis sebuah jargon dengan huruf besar, “You don't get to 500 million friends without making a few enemies”. Slogan ini berseberangan ketika Anda membuka halaman situs jejaring sosial paling tenar saat ini, Facebook. Di layar itu berbunyi, “Facebook membantu Anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang dalam kehidupan Anda".

Sisi ironis inilah yang ingin diangkat film The Social Network produksi Columbia Pictures. Berkisah tentang perjuangan sang pencipta Facebook, Mark Zuckerberg, dari seorang mahasiswa Universitas Harvard yang kemudian menjelma menjadi milioner muda.

Langkah Zuckerberg untuk meraih sukses seperti sekarang ini tidaklah bersih-bersih amat. Dalam film, yang diangkat dari novel berjudul The Accidental Billionaires : The Founding of Facebook karya
Ben Mezrich itu, Zuckerberg (yang dipernakan oleh Jesse Eisenberg) digambarkan sebagai pribadi yang angkuh, autis sosial, dan tak segan-segan berkhianat.

Konflik dimulai dengan pengkhianatan Zuckerberg kepada si kembar Winklevoss, Kyle dan Cameron, dan teman mereka Divya Narendra. Para gadis inilah yang memiliki ide brilian membuat situs jejaring sosial. Mereka mengupahi Zuckerberg untuk membuat sistem komputerisasi dan pengkodeannya. Dan tak sampai dua bulan terciptalah Facebook. Namun seiring dengan kian terkenalnya situs itu di kampus, Zuckerberg menendang mereka yang mengupahinya.

Nah, bagian ini bisa menjadi jawaban atas dua jargon berbeda antara poster film dengan layar depan Facebook. Secara nyata, tiga mahasiwa di Harvard itu menyatakan bahwa merekalah yang punya ide orisinil. Tuduhan pun melayang pada Zuckerberg, ia mencuri ide itu lalu menciptakan Facebook. Gugatan yang sudah berjalan lama di pengadilan itu hingga kini masih tertunda.

Boleh dibilang, film arahan sutradara David Fincher ini tak jauh berbeda dengan kisah nyata Zuckerberg. Facebook yang sudah mulai berkembang luas, mengumumkan platform-nya, hingga akhirnya banyak yang beriklan. Sejak itu, ratusan permainan online, musik, dan peralatan berbagi foto Facebook masuk. Terangkatlah Zuckerberg sebagai milioner baru muda berusia 26 tahun.

Kisah Zuckerberg yang “raja tega” itu mirip dengan cerita sukses para enterpreneur yang pernah diangkat ke layar lebar. Ingatlah film Up In The Air-nya George Clooney dan film Wall Street: Money Never Sleeps. Di film-film tersebut, slogan “raja tega” seperti telah menjadi sebuah syarat mutlak seorang enterpreneur menggapai kesuksesan.

Boleh jadi, gambaran sosok pendiri Facebook ini memancing ragam interpretasi para penonton. Sebagian menghormatinya sebagai pejuang situs jejaring sosial, orang yang sukses, dan hebat. Namun tak sedikit pula yang menghujatnya sebagai “tukang makan teman”, karena mencurangi tiga kawan sekampusnya tadi dan sesama pendiri Facebook, Eduardo Saverin.

Tentunya Zuckerberg tak merasa dirinya “sekejam” itu. Dikutip dari acara bincang-bincang Oprah Winfrey yang disiarkan televisi beberapa waktu lalu, milioner muda itu berkelit bahwa hidupnya tak sedramatis itu. “Film ini hanyalah sebuah karya fiksi,” ujarnya.

No comments:

Post a Comment